MTPJ 1 - 7 MARET 2015
TEMA BULANAN “Penderitaan Kristiani Dalam Solidaritas Dengan Sesama Anak Bangsa”

TEMA MINGGUAN “Solidaritas Yang Holistik”
Bahan Alkitab: Matius 9:27-38

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Dalam kehidupan bermasyarakat,  solidaritas (rasa belas kasih, setia kawan dan perasaan senasib)  sebagai sesama anak bangsa dari setiap anggota masyarakat sangatlah dibutuhkan demi terciptanya hidup sejahtera, rukun dan damai. Namun  sering dialami  adanya  solidaritas  yang hanya memihak kepada orang, kelompok, daerah atau agama-agama tertentu dan tidak memihak kepada seluruh komponen  masyarakat.  Hal ini terjadi karena solidaritas yang dihayati dan  dipraktekkan secara sempit. Sehingga solidaritas dalam masyarakat  bersifat parsial (sepotong-sepotong),  tidak menyeluruh dan tidak utuh.

 Solidaritas yang bersifat parsial itu,  terjadi pula dalam kehidupan berjemaat, seperti  solidaritas yang terbentuk hanya berdasarkan kolom, kategorial, fungsional dan jabatan-jabatan gerejawi tertentu baik di aras jemaat, wilayah dan sinodal  sehingga persekutuan yang kuat dan kokoh sulit terwujud.  Demikianpun solidaritas pelayanan terhadap anggota jemaat,  sering tidak diberi perhatian  yang sama pada aspek  jasmani, mental, sosial dan rohani secara Holistik (utuh dan menyeluruh). Misalnya prioritas hanya pada pembangunan fisik, atau hanya pada aspek ibadah dan  tidak pada pendidikan,  kesehatan   serta sosial ekonomi jemaat. Tak heran banyak gedung gereja yang megah, frekwensi ibadah yang tinggi tetapi  banyak anak-anak putus sekolah, warga gereja sakit, miskin serta  berbagai penyakit sosial seperti  perkelahian antar kampung, perjudian, mabuk-mabukan dan tindakan kriminalitas lainnya.

Yang kita butuhkan adalah Solidaritas yang utuh atau menyeluruh pada setiap aspek yang mempengaruhi hidup manusia itulah sebabnya tema renungan ini adalah Solidaritas yang Holistik. (inggris Holistic; yang menekankan keseluruhan dan saling keterkaitan dari bagian-bagiannya).  Jika kata holistik ini dikaitkan dengan solidaritas atau perhatian serta pelayanan pada orang lain, maka holistik mempunyai arti pelayanan yang menyeluruh, utuh, seimbang   baik fisik, mental, spiritual, sosial dan ekonomi. Hal inilah yang diperlihatkan Yesus dalam pelayanan-Nya sekalipun Ia harus melewati jalan-jalan sengsara.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Injil menurut Matius telah memperlihatkan bahwa pelayanan Yesus bersifat Holistik. Bukti pertama adalah bahwa injil ini ditulis oleh Matius  mantan pemungut cukai atau pajak (9:10) yang sangat dibenci orang Yahudi, dengan latar belakang Yudaisme. Ia dilayani Yesus tanpa meman-dang latar belakang sosial, pekerjaan dan bangsanya. Selanjutnya tempat pelayanan Yesuspun tidak hanya di satu tempat, tetapi di semua tempat baik di kota dan desa ( ayt 25) ;  di pasar (20:3), di ladang (12:1), di rumah-rumah dan di Bait Allah.  Ia melayani melintasi suku, budaya, sosial dan ekonomi (4:25). Di tempat-tempat itu  Ia menunjukkan Solidaritas yang utuh dan mengutuhkan, karena Ia tidak hanya mengajar (Yun : didasko), yang berarti aspek pendidikan,  dalam rumah-rumah ibadah, tapi juga mem beritakan (Yun : kerusso), yakni aspek pemberitaan Injil Kerajaan Sorga  dan menyembuhkan (Yun : therapeou ), yakni pelayanan kesehatan untuk melenyapkan segala penyakit (Yun : nosos) dan kelemahan (Yun : malakea) ,  (ayt 35). Semua itu dilakukan karena  digerakkan oleh  belas kasihan-Nya atau Solidaritas-Nya  (ay 36). Solidaritas Yesus bersifat mengutuhkan manusia yang dilayani-Nya, baik jasmani, mental, sosial dan rohani. Sebagai bukti orang buta (ayt 28-31). Aspek fisik ia dapat melihat .  Aspek sosial , ia dapat bergaul dan dapat memenuhi kebutuhan hidup tanpa tergantung pada orang lain, karena biasanya orang buta identik sebagai pengemis. Aspek mental, ia tidak merasa tersisih dari lingkungan sosial dan secara rohani, ia dipulihkan dalam hubungan dengan Allah karena ada pemahaman umum waktu itu  bahwa penyakit adalah akibat dosa dan kutukan Tuhan.  Demikianpun yang dilakukan Yesus pada orang bisu yang kerasukan setan (ayt 32-33). Aspek fisik ia dapat berbicara. Aspek mental sosial memiliki percaya diri dan  dapat berkomunikasi serta bergaul dengan orang lain. Juga dalam aspek rohani ia dilepaskan dari kuasa jahat agar dapat berkomunikasi dengan Allah dan sesama.

Pelayanan Yesus yang  Holistik ( utuh dan mengutuhkan) karena belas kasih-Nya tetap dilakukan dalam ketaatan kepada Bapa di Sorga sekalipun harus menderita karena dihantam  kritikan dan celaan dari orang-orang Farisi (ayt 34). Dalam Solidaritas-Nya, Ia meminta supaya para murid meminta kepada yang empunya tuaian yakni Bapa-Nya di Sorga, untuk mengirim pekerja-pekerja (orang yang terlibat dalam pekerjaan bagi Allah)  karena tuaian banyak tetapi pekerja sedikit (ayt 37-38).

Makna dan Implikasi Firman

  • Hidup dan pelayanan Yesus adalah dasar dan model solidaritas yang holistik, yang memperhatikan aspek jasmani, mental, sosial dan rohani, termasuk di dalamnya soal ekonomi tanpa memandang latar belakang suku, agama , sosial, ekonomi dan politiknya bahkan sekalipun manusia itu berdosa.
  • Jika dalam keluarga memiliki solidaritas yang holistik, maka suami dan isteri tidak  akan menekankan hubungan secara fisik saja, tetapi sosial seperti berinteraksi dengan masyarakat dengan baik serta suka beribadah dan bekerja  bersama ; orang tua  tidak akan memperhatikan anak hanya  pada  kebutuhan fisik saja,  tetapi akan  memberi perhatian pada pemenuhan emosi, mental sosial dan spiritual.
  • Jika warga gereja memiliki Solidaritas yang holistik, maka  persekutuan di kolom, jemaat, wilayah dan sinodal  yang terdiri dari berbagai etnik, strata sosial dan ekonomi tidak  mudah terpecah dan pelayananpun  akan menyentuh aspek mental sosial dan pengembangan ekonomi jemaat. Dengan demikian akan terjadi perhatian pelayanan yang sama pada aspek pembangunan fisik , ibadah, pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi warga gereja.
  • Di tengah jemaat banyak warga gereja yang “buta” secara mental dan sosial karena terlibat dalam perilaku penyakit masyarakat seperti judi, pemabukan, per kelahian, narkoba, seks bebas, “buta” secara ekonomi akibatnya hidup dalam kemiskinan, “buta” pendidikan akibatnya hidup dalam kebodohan, “buta” terhadap kesehatan akibatnya hidup dalam kesakitan, “buta” secara rohani sehingga tak dapat melihat anugerah dan penghukuman Tuhan. Demikianpun banyak orang “bisu “ secara mental dan sosial sehingga orang tidak dapat menyuarakan pengalaman dan perasaan sehingga hidup dalam tekanan dan diperbudak, “bisu” secara ekonomi karena tak punya keterampilan dan modal, “bisu” secara rohani sehingga tak menyuarakan kebenaran dan keadilan sesuai kehendak Tuhan. Semua itu meng akibatkan ketakutan, ketidakadilan, diskriminasi, penindasan dst. Gereja harus memberi pelayanan yang holistik.
  • Solidaritas yang mengutuhkan harus ditumbuh kembang kan serta diperjuangkan mulai dari dalam keluarga sekalipun harus disertai pengorbanan waktu, tenaga dan uang termasuk perasaan dan sekalipun harus dilalui dengan penderitaan karena berhadapan dengan berbagai sikap, baik perbedaan pendapat, menolak , mencela dan menghina.
  • Libatkan anggota jemaat seperti dokter, sosiolog, ekonom dan rohaniawan dan semua yang terkait dalam pelayanan holistik. Jadilah tim yang saling menghormati tanpa menyepelekan yang lain supaya Tuhan dimuliakan dan manusia dilayani secara utuh. Amin. 
PERTANYAAN DISKUSI

  1. Bagaimana dan jelaskan bentuk-bentuk Solidaritas yang Holistik sebagaimana yang dilakukan Yesus dalam perikop ini ?
  2. Mengapa pelayanan kepada manusia harus secara Holistik. (utuh : jasmani, mental, sosial dan rohani) ?
  3. Bagaimana bentuk-bentuk pelayanan/solidaritas yang perlu kita lakukan secara pribadi dan institusi gereja sekarang ?
NAS PEMBIMBING : Yeremia 33:6 

POKOK-POKOK DOA

  • Terwujudnya Solidaritas dari, oleh dan untuk sesama anak bangsa.
  • Terwujudnya pembangunan yang utuh dan mengutuhkan.
  • Terlayaninya warga masyarakat dan jemaat secara utuh jasmani, sosial, ekonomi dan spiritual.
 TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU SENGSARA II 

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Persiapan : KJ No. 368: 1,3 “Pada Kaku Salib-Mu”

Nyanyian Masuk/Nas Pemb: NKB No. 164 “Kidung Yang Merdu Dihatiku”

Pengakuan Dosa : NNBT No. 10 “Ya Tuhan Yang Kudus”

Berita Anugerah Allah : KJ No. 27:1,5 “Meski Tak Layak Diriku”

Ajakan Mengikuti Yesus Dijalan Sengsara : KJ No. 372:1,2 “Ikut Dikau Saja, Tuhan”

Persembahan : KJ No. 362 “Aku Milik-Mu Yesus Tuhanku”

Penutup: KJ No. 432 “Jika  Padaku Ditanyakan”

ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:

Warna dasar ungu dengan simbol XP (Khi-Rho), cawan pengucapan, salib dan mahkota duri.

 
Kekuatan Sang Gembala

Mikha 5: 3b

Pemimpin yang dijanjikan itu akan menggembalakan umat TUHAN, bukan didasarkan atas kekuatannya sendiri, tetapi berdasarkan kekuatan TUHAN (Ibrani: Oz Yahweh). Ini  berarti bahwa pendampingannya terhadap umat Israel tidak dapat diragukan, karena ia  memiliki power (kuasa) yang melebihi kekuatan manusia biasa, sebab ia mendasarkan atas kekuatan TUHAN. Pendampingannya kepada umat Israel memberi rasa aman dan  tenteram. Demikian pula penggembalaannya adalah dalam  kemegahan nama TUHAN Allahnya. Dia menggembalakan umat Israel dalam kemegahan yang besar, sehingga orang-orang yang digembalakannya akan bermegah, berbangga dan tidak akan dipermalukan.

      Dialah Gembala Yang Baik, yang memiliki kuasa  besar. Gembala yang  datang memberi hidup (Yohanes 10:10), Gembala Yang Baik, yang memberikan nyawanya bagi domba-domba-Nya (Yohanes 10:11).

      Sebagai Gereja yang sedang menanti hari kelahiran-Nya, marilah kita sekeluarga memberi diri untuk digembalakan oleh Gembala Yang Agung itu. Bukalah hati kita untuk dikuasai oleh Roh-Nya, dan biarlah kita menjadi domba-domba yang setia dan yang selalu mau mengalami pertobatan dalam hidup ini. Amin.

Doa: Ya Yesus Kristus, Gembala Yang Agung, kami  sekeluarga menyerahkan hidup kami dalam tangan-Mu. Tuntunkah kami dengan kekuatan dan kemegahan Roh-Mu yang kudus, agar kamipun boleh bermegah di dalam Engkau. Amin.

 
TEMA BULANAN “Penantian Raja Yang Adil”
TEMA MINGGUAN “Memberitakan Kelahiran Yesus”
Bahan Alkitab: Mikha 5:1-4a; Lukas 1:26-38

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Kelahiran Yesus Kristus adalah suatu peristiwa yang benar-benar terjadi dalam sejarah dunia.  Kelahiran-Nya adalah  penggenapan  dari janji-janji TUHAN Allah yang telah dinubuatkan oleh para nabi  berabad-abad lamanya. Kelahiran Yesus Kristus adalah  peristiwa yang sangat penting dalam proses sejarah penyelamatan TUHAN Allah bagi umat manusia. Begitu berarti dan bermaknanya kelahiran Yesus Kristus, maka Gereja di segala abad dan tempat selalu merayakannya dengan sebutan hari Natal.  Namun menjadi pertanyaan yang mendasar, ketika Gereja  merayakan Natal Yesus Kristus setiap tahunnya, apakah  arti dan makna kelahiran Yesus telah dihayati oleh warga gereja secara sungguh-sungguh? Ataukah hal tersebut hanya merupakan  tradisi saja.  Berdasarkan hal tersebut maka di minggu Adven yang ke IV ini diangkatlah tema: Pemberitaan Kelahiran Yesus. Dengan harapan bahwa melalui pem-bahasan tema ini, warga gereja khususnya warga GMIM dapat memahami  arti dan maksud pemberitaan kelahiran Yesus Kristus.Kata Adven adalah singkatan dari kata Latin “Adventus” yang artinya Kedatangan.  Selama 4 minggu berturut-turut sebelum perayaan hari Natal Yesus Kristus, umat Kristen merayakan Adven dengan dua pengertian mendasar yakni memperingati kelahiran Yesus Kristus ke dalam dunia dan menanti kembali kedatanganNya pada kali yang kedua. Meskipun yang sering terjadi bahwa masa Adven hampir selalu hanya dipahami secara menonjol dan terbatas pada peringatan akan peristiwa kelahiran Yesus dan dengan demikian menciptakan kesan seolah-olah mengabaikan kenyataan tentang Yesus yang akan datang kembali. Itulah sebabnya perayaan masa adven telah berubah menjadi persiapan-persiapan yang lebih bernilai material jasmaniah daripada moralitas rohaniah. Karena itu, Tema bulanan Penantian Raja Yang Adil  dan tema mingguan Seruan Bertobat Menyambut Kelahiran Yesus  bermaksud mendorong setiap orang percaya agar tidak mengabaikan sisi penantian akan kedatangan Yesus yang kedua kali dan mempergunakan momentum masa Adven dalam kalender tahun gereja sebagai masa persiapan untuk menyambut kedatanganNya. Sehingga sukacita Natal dapat dimaknai secara tepat ketika setiap orang percaya tidak hanya siap memperingati kelahiranNya melainkan juga kedatanganNya kembali.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

  Kitab Mikha 5:1-4a adalah bagian dari nubuatan yang disampaikan oleh nabi Mikha di penghujung abad 8 SM (726-722), dan ditujukan  kepada  umat Yehuda. Nama Mikha adalah singkatan dari Mikha-yahu yang berarti : “Siapakah  yang sama dengan TUHAN”. Mikha tampil di Yerusalem dan memberitakan bahwa di Betlehem Efrata¸ yang terkecil dari kaum Yehuda, akan bangkit bagi TUHAN seseorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Ia akan betindak dan akan  menggembalakan umat Israel dengan kekuatan TUHAN, dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya. Ia menjadi besar sampai ke ujung bumi (5:3) dan dia menjadi  damai sejahtera (5:4a). Nubuatan Mikha ini disampaikan ketika Yehuda dalam situasi yang sulit, yakni ketika Asyur mulai mengepung Yehuda di bawah pemerintahan raja Sanherib. Nubuatan Mikha ini berisikan “Pengharapan Mesianis”, yaitu pengharapan datangnya dia “ yang  diurapi“ (Mesias) untuk memerintah  dan memulihkan keadaan umat Israel.

Keberadaan dari” orang yang akan memerintah” Israel ini  adalah sejak purbakala (Ibrani: Qedem=zaman yang kono, dari kekal keabadian 5:1). Jadi, pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin yang sudah ada sejak kekal, namun yang kemudian dilahirkan oleh  seorang perempuan. Keillahian melekat dalam dirinya, karena ia meng-gembalakan umat Israel dengan kekuatan TUHAN (Ibrani: Oz Yahweh)  dan dalam kemegahan nama TUHAN (Ibrani:  Gaon Shem Yahweh) dan menjadi  besar (Ibrani: Gadol) sampai  ke ujung bumi dan menjadi  damai sejahtera ( Ibrani: Syalom).

Pemimpin sebagaimana yang dinubuatkan oleh nabi Mikha ini  terus dinantikan oleh umat Israel,  sejak  dari zaman para nabi sampai pada zaman Perjanjian Baru. Dalam penantian yang panjang itu ternyata mereka tidak mendapatkan atau menemukan  figur yang cocok  sesuai  dengan  mesias yang dijanjikan itu.

 Kendati demikian, janji TUHAN Allah  tidaklah  Ia ingkari. TUHAN Allah tetap mengingat apa yang  dijanjikannya.  Karena  itu dalam  Lukas 1:26-38, kita dapat membaca bahwa mailaikat Gabriel (penghulu Malaikat) diutus Allah ke sebuah kota di Galilea yang bernama Nazareth untuk berjumpa dengan Maria dan menyampaikan pesan bahwa Maria akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki serta hendaklah Maria menamai dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Maha tinggi. TUHAN Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud (2:32),  Dia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub, dan kerajaan-Nya takkan berkesudahan (2:33). Mendengar berita dari Malaikat maka  Maria jadi bingung  lalu berkata: Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami? Malaikatpun berkata: Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau, sebab itu anak yang kau lahirkan akan disebut kudus, Anak Allah (2:35). Hal ini tentu terjadi karena bagi Allah tidak ada yang mustahil (2:37).

Apa yang disampaikan oleh Malaikat Gabriel kepada Maria, persis seperti apa yang dinubuatkan oleh nabi Mikha tentang seseorang yang  akan memerintah Israel  yang permulaannya sejak purbakala. Figur yang dibuatkan oleh Nabi Mikha dapatlah ditarik kesimpulan  bahwa itu tidak lain adalah menunjuk pada Yesus Kristus. Dialah yang diberita-kan oleh malaikat Gabriel untuk  dilahirkan oleh Maria,  bukan karena hasil dari hubungan biologis manusia tetapi karena pekerjaan Roh Kudus. Karena Dia dikandung dari Roh Kudus, maka Dia disebut sebagai Anak  Allah Yang Maha Tinggi (Yun : Huiós Hupsístou Luk 1:13). Jadi kelahiran Yesus Kristus telah dinubuatkan sejak zaman Perjanjian Lama, dan kemudian diberitakan oleh malaikat Gabriel. Ini mau menjelaskan bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh lahir ke dalam dunia melalui perawan Maria, sebagai suatu keajaiban yang ditunjukkan oleh TUHAN Allah.

Makna dan Implikasi Firman

Berita tentang kedatangan seorang pemimpin yang akan  meng gembalakan umat Israel dalam kekuatan TUHAN, memberi peng-harapan, penghiburan serta  kekuatan bagi umat Israel ( Yehuda) yang berada dalam tekanan kerajaan Asyur. Di tengah-tengah kelemahan, ketakutan dan keter-himpitan mereka karena ancaman dari kerajaan Asyur, ternyata ada harapan baru mengenai datangnya Sang Mesias itu dalam kemegahan nama TUHAN Allahnya, sehingga umat Israel memiliki harapan untuk tinggal tetap dan tidak akan mengalami kehancuran. Demikian pula berita yang dibawa oleh malaikat Gabriel, sesungguhnya memberi harapan baru kepada orang-orang Yahudi yang sudah berabad-abad lamanya menanti kedatangan seorang Mesias. Mesias yang mereka harapkan itu,  hadir oleh karena pekerjaan Roh Kudus, dan akan dilahirkan oleh Maria, tunangan dari Yusuf yang berasal dari keluarga Daud, dan Ia akan  disebut sebagai Anak Allah Yang Mahatinggi. Gelar yang diberikan kepada-Nya, bukan hanya Mesias (yang diurapi) tetapi sekali lagi Anak Allah yang Maha Tinggi.

      Gereja, sebagai  persekutuan orang-orang yang mengaku percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, termasuk di dalamnya Gereja Masehi Injili di Minahasa, kiranya semakin menghayati bahwa pemberitaan tentang kelahiran Yesus Kristus adalah berita sukacita ( good news) yang membawa pembebasan, perubahan karena Allah mau datang melawat umat manusia di tengah-tengah kelemahan dan keberdosaannya. Kelahiran-Nya adalah sebagai tanda penggenapan janji-janji Allah. Dialah Anak Allah yang hidup dan yang membawa damai sejahtera. Karena itu di minggu Adven yang  ke IV ini  kita diingatkan lagi untuk sungguh-sungguh mempersiapkan hati dalam menyambut dan merayakan kembali hari Natal Yesus Kristus, sambil mau menghadirkan syalom mulai dari  kehidupan  keluarga,  jemaat dan masyarakat.

NAS PEMBIMBING : Matius 2:6. 

POKOK-POKOK DOA

  • Mendoakan warga jemaat untuk sungguh-sungguh mempersiapkan hati dalam menyambut dan merayakan Natal Yesus Kristus
  • Mendoakan supaya ada kedamaian yang di rasakan oleh jemaat dalam mempersiapkan diri untuk merayakan Natal
  • Mendoakan supaya suasana menjelang Natal, selalu dalam keadaan yang aman dan tentram.
 
TEMA BULANAN “Keadilan Yang Gerejawi”
TEMA MINGGUAN “Keadilan Yang Menghidupkan” 
Bahan Alkitab: Habakuk 2:1-4; Efesus 2:4-10
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Dr.R.M. Sudi Yatmana dalam buku yang berjudul untaian seribu kata bijak mengutip ungkapan William E. Gladstone yang mengatakan  sebagai berikut : “ Justice delayed is justice denied ” artinya Keadilan yang ditunda adalah keadilan yang disangkal. Ungkapan ini tentu bukanlah sekedar ungkapan tanpa kebenaran. Tetapi ungkapan ini merupakan suatu kenyataan terjadi di tengah tengah kehidupan kita kini. Penegakan hukum yang tidak kunjung selesai dan keputusan hukum yang tidak ditegakan dengan baik, melahirkan permasalahan dalam pelbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak saja itu tetapi memberi peluang dan kesempatan terhadap tindakan tindakan melawan hukum. Belum terlaksananya keadilan dengan baik dalam pelbagai kasus, dampaknya terasa juga dalam kehidupan gereja, ketika eksistensi gereja untuk beribadah terpasung, gedung gereja ditutup dan dibongkar, padahal keberadaannya telah mendapat legitimasi masyarakat dan pendiriannya telah mendapat keputusan hukum yang tetap. Keadilan rasanya berat sebelah ketika keadilan itu hanya menguntungkan seseorang atau kelompok orang atas dasar pertemanan, kekerabatan, kekeluargaan, se-agama dll. Pertanyaannya mengapa hal itu terjadi? jawabannya bukan terletak pada produk hukum tetapi pada penegakan hukum dan pelaksanaannya di tengah masyarakat. Dan memang keadilan rasanya sulit dilakukan oleh orang orang yang tidak lurus hatinya. Dalam realita seperti inilah gereja hadir untuk mengkritisi, memperbaiki dan menyuarakan keadilan dan kebenaran yang menghidupkan. Bahkan gereja itu sendiri harus menjadi pelaku keadilan dan kebenaran demi terwujudnya syalom dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)           Habakuk 2:1-5 adalah bagian dari nubuat (= wahyu atau Penglihatan) nabi Habakuk. Tercatat nubuat nabi Habakuk ini di masa pelayanannya disekitar tahun 605 SM di zaman raja Yoyakhim raja Yehuda. Nubuat terjadi berkaitan dengan realitas kehidupan umat Israel yang mengalami penindasan. Jelasnya bahwa kelaliman, kekerasan, dialami umat Allah sehingga merusak seluruh tatanan kehidupan sosial dan keagamaan umat. Kenyataan pahit yang dialami umat ternyata bagian dari pengajaran Tuhan kepada umat-Nya.  Habakuk 1:5-11, Tuhanlah yang membangkitkan orang orang Kasdim menjadi penyebab permasalahan yang terjadi bagi umat Israel. Dalam keadaan demikian nabi Habakuk mengeluh karena menurutnya jikalau Tuhan itu adalah Allah umat Israel bagaimana mungkin Ia membiarkan kelaliman terjadi dan dilakukan orang orang Kasdim bagi umat-Nya sendiri. Bukankah mereka lebih bengis dari pada kejahatan umat Israel? (Habakuk 1:12-17). Dalam keluhan atas kenyataan itu, ia mencari jawaban Tuhan. Karena ia paham bahwa Tuhan yang tahu dengan keluhannya dan yang dapat memberi jawaban yang memuaskan terhadap kenyataan yang terjadi. Kalau Tuhan yang menghukum, Tuhan jualah yang mengasihi dan mengampuni umat-Nya.

Dari bacaan Alkitab Habakuk 2:1 kita dapat mencermati cara nabi Habakuk mencari jawaban Tuhan yaitu ia berdiri di tempat pengintaian, di menara, meninjau, menantikan apa yang akan dijawab Tuhan. Dan dalam ayat 2, Tuhan menjawab dia dan memerintahkan untuk menuliskan penglihatan itu dan mengukirkan pada loh-loh agar orang dapat membaca nya. Kata ”Loh” artinya loh batu hukum yang di atasnya diukir dasah titah (Keluaran 24:12), atau batu tulis besar (band. Yesaya 8:1, 30:8; Lukas 1:63). Sedangkan pada ayat 3 menjelaskan tentang penglihatannya sedang dinantikan tetapi akan segera dinyatakan oleh Tuhan. Ayat 4-5 merupakan jawaban keadilan Tuhan terhadap nubuatan/penglihatan nabi Habakuk yakni orang yang sombong, yang tidak lurus hatinya yaitu orang orang kasdim akan hancur (dibinasakan). Tetapi orang benar akan hidup oleh percayanya. Tema ini dikembangkan oleh Paulus  dalam Roma 1:17, Galatia 3:11 dan Ibrani 10:38. Benar bahwa orang Kasdim dipakai Tuhan untuk menghancurkan umat Tuhan tetapi mereka juga tidak luput dari penghukuman karena kekuasaan Tuhan yang dahsyat untuk mengadili semua bangsa dan membawa kemenangan kepada umat-Nya. Terutama kepada orang benar yang hidup oleh percayanya kepada Tuhan. Kata “ Hidup” dipakai dalam pengertian yaitu menikmati kasih karunia Allah.

Efesus 2:4-10 Rasul Paulus menjelaskan tentang Allah yang kaya dengan rahmat dan Kasih-Nya, telah melimpahkannya kepada manusia dan menghidupkan manusia bersama dengan Kristus sekalipun manusia telah mati oleh kesalahan-kesalahannya. (Arti mati= mati secara rohani). Dan itulah yang dimaksudkan Paulus dengan kasih karunia Allah. Dan hanya dengan kasih karunia Allah itu manusia diselamatkan oleh imannya. Jadi bagi Paulus keselamatan yang diterima manusia bukan hasil usaha atau hasil pekerjaan manusia. Karena itu jangan ada orang yang memegahkan dirinya dengan keselamatan yang telah diterimanya.

Makna dan Implikasi Firman Ada kesamaan pengertian tentang kemenangan atau keselamatan yang diterima oleh manusia ketika mencermati nubuat Habakuk dalam Habakuk 2:1-5 dan pemahaman Paulus kepada Jemaat Kristen Efesus seperti dalam kitab efesus 2;4-10. Jika nabi Habakuk menekankan orang benar akan hidup oleh percayanya kepada Tuhan sebagai jawaban Tuhan atas penderitaan umat, maka Paulus memberi penekanan tentang keselamatan berdasarkan kasih karunia Allah yang diterimanya dengan iman kepada Kristus. Seperti apa respons kita selaku Gereja ketika kita menerima kasih karunia Allah dalam hidup kita?

Gereja hadir untuk menyuarakan suara kenabian gereja yaitu memperjuangkan keadilan dalam rangka penegakan hukum  diseluruh aspek  kehidupan.

Gereja hadir untuk menunjukkan kepeduliannya terhadap yang miskin, menderita dan tertindas.

Gereja hadir untuk menolak kekerasan dan kesewenang-wenangan oleh siapapun karena fungsi gereja membawa garam dan terang dibumi ciptaan-Nya.

Gereja seyogyanya dapat menjabarkan Teologi keselamatan bahwa manusia dibenarkan hanya karena kasih karunia Allah (Sola Gratia) dan hanya karena iman (Sola Fide) kepada Tuhan Yesus Kristus. Dan bukan karena hasil usaha dan hasil pekerjaan manusia. Untuk apa gereja merespons semua ini? Jawabannya yaitu untuk menghadirkan Syalom di bumi milik Tuhan

PERTANYAAN DISKUSI

1. Apa inti bacaan Habakuk 2:1-5 dan  Efesus 2: 4-10

2. Bagaimana pengertian saudara  dengan ungkapan orang    yang benar akan hidup oleh  percayanya?

3. Sebab dengan kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman. Menunjuk ungkapan ini, apakah masih penting berbuat kebaikan dan kebenaran dalam kehidupan kita kini?

NAS PEMBIMBING : Mazmur 36:6-8

POKOK-POKOK DOA

1. Bagi penegakkan keadilan dan kebenaran di Indonesia.

2. Bagi gereja untuk peka/peduli terhadap keterpurukan sosial seperti kemiskinan dan penindasan.

3. Bagi kedamaian, keamanan dan kesejahteraan bagsa dan negara

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK III

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Nyanyian Masuk : KJ No. 21

Ses Nas Pembimbing : KJ No. 353:1-2

Ses Peng dosa & Pemb Anugerah Allah : KJ No. 39

Ses Pembacaan Alkitab : KJ No. 53:1-2

Ses Pengakuan Iman: KJ No. 224

Persembahan : KJ No. 260

Nyanyian Penutup : KJ 432:1-2

ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.

 
Merendahkan Diri
Habakuk 2:4-5

Sombong artinya menghargai diri berlebih-lebih congkak, pongah. Sedangkan menyombongkan artinya memegahkan diri atau meninggikan diri. Bacaan Alkitab kita juga mengemukakan tentang hal ini, yang dikenakan kepada orang orang Kasdim yang memperlakukan sewenang-wenangan terhadap umat Israel. Bagaimana kata Firman tentang orang sombong itu? Dalam ayat 4a disebut orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya. Dalam ayat 5 disebut orang… khianat, dia yang melagak=menyombongkan dirinya, baik tingkahlaku dan tutur kata. Akibat kesombongan itu ia tidak akan tetap ada; ia mengangakan mulutnya seperti dunia orang mati dan tidak kenyang-kenyang seperti maut... Artinya, Habakuk mencela sikap mereka yang tak pernah puas dengan kesombongan mereka. Tentu  orang sombong,atau perangai yang kurang ajar akan dihukum. Sedangkan menurut ayat 4b “orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya”. Karena itu selaku keluarga Kristen hendaknya mampu merendahkan diri,sikap hidup dan tutur kata selalu menunjukkan kerendahan. Sebab dengan berperilaku demikian kita menjadi berkat bagi orang lain. Dan dapat menunjukkan jati diri kita sebagai orang benar yang hidup oleh percaya (iman) kita. Amin.

Doa:Ya Tuhan  tolonglah kami agar mampu merendahkan diri, dan menjadi orang benar yang beriman untuk menjadi berkat bagi sesama. Amin.

 
Ibadah dan Keadilan

Zefanya 2 : 3

Bagi Allah keadilan adalah suatu kemutlakkan, sehingga jika umat Allah tidak berlaku adil dalam relasi dengan sesama, maka ibadah dan kesalehan mereka menjadi sia-sia. Semua umat Allah diharapkan berlaku adil, tetapi terutama mereka yang berkuasa dan kaya. Karena itu jika kita menggunakan kekuasaan dan kekayaan kita hanya untuk mengambil keuntungan yang berlebihan (berlaku tidak adil),

pasti Tuhan akan menghukum kita (Amsal 2:6-8). Bagian Alkitab yang kita baca di hari ini adalah kritik Zefanya terhadap praktek ketidakadilan dan sikap umat yang mulai meninggalkan Allah dengan melakukan penyembahan kepada allah lain, karena itu ia menyuruh umat untuk merendahkan diri dan taat kepada Allah dan hanya menyembah kepadaNya.

Sebagai keluarga Kristen, melalui bacaan Alkitab hari ini kita diingatkan bahwa kesalehan dan kesetiaan yang kita nyatakan melalui praktek ibadah setiap hari hendaknya juga dibarengi dengan upaya melakukan berbagai bentuk keadilan baik dalam lingkungan keluarga, juga dalam hidup dengan sesama melalui tugas dan pekerjaan yang Tuhan percayakan kepada kita. Kesalehan hidup beribadah tidak bisa dipisahkan dalam praktek hidup setiap hari. Ada saleh dalam ibadah tapi salah dalam praktek hidup nyata. Amin.

Doa: Tuhan mampukanlah kiranya kami untuk dapat mensejajarkan antara kesalehan kami beribadah dengan praktek hidup sehari-hari, kami boleh berlaku adil bagi semua orang. Amin.

 
TEMA BULANAN : “Keadilan Yang Gerejawi” TEMA MINGGUAN : “Keadilan Yang Membebaskan Manusia Dari Belenggu” Bahan Alkitab: Lukas 4:18-19; Mazmur 82:2-5   ALASAN PEMILIHAN TEMA Kita sudah berada pada minggu kedua bulan September 2014, dalamtema  Keadilan yang Membebaskan Manusia dari Belenggu”.Dengan tema ini,menghentar kita pada pemahaman tentang kebebasan untuk menikmati hidup layak sebagai anugerah Tuhan, sehingga di dalamnya kita terpanggil untuk menentangpraktek ketidakadilan,perbudakan dan penindasan yang terjadi di sekitar kehidupan manusia.Sebab kebebasan adalah hak semua orang (dalam pengertian taat pada hukum dan aturan yang berlaku, terutama hidup menurut kehendak Allah melalui firman-Nya). Ketika kebebasan terbelenggu maka orang akan berusaha  keluar dari keterbelengguannya untuk mencari keadilan karena keadilan bukan hanya milik orang-orang tertentu saja, melainkan milik semua orang. Karena itu berilah keadilan kepada mereka yang berhak menerimanya, sebab itu yang dikehendaki Allah untuk kita berlakukan kepada sesama dan  ciptaan  lainnya.

 

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese) Lukas pasal 4 : 18-19menceritakan tentang kegiatan Yesus dalam pelayanan-Nya, di kota dimana Ia dibesarkan yaitu Nazareth dan  pastimerekamengenal-Nya sebagai anak dari Yusuf dan Maria. Ketika Ia ada di rumah ibadah (Sinagoge) pada hari sabat diberi kesempatan untuk membaca kitab suci dan  Ia memilih dari perjanjian Lama yang terdapat dalam Yesaya 61:1,2. Kitab iniberisi penggenapan janji Allah dalam diri Yesus, di mana orang yang diurapi (Ibrani : Messias) dengan Roh  Kudus adalah Yesus sendiri.Iamemberitakan Kabar baik (Yunani: Euanggelion) kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada oang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.

Tahun rahmat di sini dipahami sebagai tahun rahmani yang dipilih sebagai masa anugerah dan kasih sayang Allah terhadap manusia. Dalam Perjanjian lama tahun rahmatTuhandipahami sebagaitahun pembebasan; semua yang digadaikan, dipinjamkan dan diambil dari sesama bangsaharus dikembalikan pada tahun kelimapuluh (Tahun Yobel) seperti rumah, ladang, kebun anggur dan lain-lain.

Ungkapan Yesus di sini setidaknya dipahami dan dimengerti secara rohani bukan secara harafiah,  ketika orang Nazareth memahaminya secara harafiah mereka menginginkan bukti sebab mereka sedang terbelenggu dengan penjajahan  bangsa Romawi dan ingin bebas merdeka. Tetapi hal itu tidak dilakukan oleh Yesus sehingga mereka yang heran dan takjub dengan pengajaran-Nya pada akhirnya memusuhi dan berusaha untuk membunuh-Nya dengan cara melemparkan Dia ke dalam jurang tetapi Yesus berlalu dari tenggah-tengah mereka (Luk 4:29,30).  Perikopini hendak memproklamirkan tentang misi pelayanan Yesus untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa lewat karya, penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Mazmur 82 : 2 – 5yang merupakan mazmur Asaf (Asaf berasal dari suku Lewi dan ditunjuk oleh Daud untuk menyiapkan musik dan memimpin ibadah di kemah suci), mengungkapkan tentang Tuhan sebagai hakim yang Agung, berada di tengah-tengah sidang ilahi sedang menghakimi para hakim dunia yang tidak adil. Dimana para hakim dituduh melakukan kecurangan dan lebih mementingkan kedudukan dari pada menegakkan hukum dan kebenaran, di mana mereka melalaikan perkara orang–orang lemah(anak yatim, orang sengsara, yang kekurangan, miskin). Pemazmur melihat betapa rendahnya moral para penyelenggara hukum yang tidak berpihak kepada orang miskin dan lemah sehingga hak mereka terabaikan dan tidak mendapatkan keadilan yang sesungguhnya. Padahal Allah menghendaki supaya hukum ditegakkan termasuk juga menolong orang-orang yang lemah dan berkekurangan.

Oleh karena ketidakadilan yang dipraktekkan maka mereka akan mendapatkan hukuman dari Allah sebagai hakim yang adil, mereka berjalan dalam kegelapan sehingga goyanglah dasar bumi(ay 5b).  Zaman kuno orang memahami bumi itu datar dan ditopang oleh tiang-tiang yang dasarnya adalah gunung-gunung dan ketika terjadi ketidakadilan,maka seluruh dunia akan goncang. 

Makna dan Implikasi Firman Gereja hadirdi tengah manusia dan duniauntuk memberitakan kabar baikkepada orang miskin, pembebasan pada orang tawanan, penglihatan kepada orang buta, membebaskan orang-orang yang tertindas. 

Saat ini  gereja sedang menggumuli praktek-praktek ketidakadilan, penindasan yang membelenggu hak hidup manusia. Keadilan dan kebebasan seringkali terabaikan terutama kepada kaum yang lemah, rakyat biasa, orang miskin (kaum marginal) bahkan kepada mereka yang sering disebut kaum minoritas di negeri ini, dan perlakuan yang tidak adil ini kadangkala menimbulkan gejolak sosial di tengah-tengah masyarakat seperti aksi demo yang menuntut supaya hukum dan keadilan ditegakkan, harkat dan martabat manusia harus di junjung tinggi.Ketikatuntutan tidak dipenuhi maka aksi-aksi tersebut sering berujung pada kerusuhan, keresahan,  kerisauan, dan kerusakan.

Pemerintah sebagai pejabat publik memiliki kewenangan untuk melindungi dan menjamin hak hidup setiap warga negara sesuai UUD 1945. Tetapi kenyataannya para pengambil kebijakan sering melakukan pembiaran/acuh tak acuh terhadap praktek-praktek ketidakadilan yang membelenggu hukum dan kebebasan. Contoh kebebasan beragama,  menjalankan ibadah darikaum minoritas sering mendapatkan perlakuan tidak adil, mulai dari sulitnya mendirikan rumah ibadah, sertateror dan ancaman .

Dalam kehidupan bergereja sering didapati praktek-praktek ketidakadilan, mulai dari pengambilan kebijakan sampai pada aspek pelayanan. Hal ini terjadi di semua aras pelayanan GMIM yaitu jemaat, wilayah dan sinode.

Gereja terpanggil untuk menyuarakan suara kenabian, seperti bertindak dan bersikap adil, membebaskan yang terbelenggu sebagaimana pelayanan Yesus yang menghadirkan dan membawa suasana damai sejahtera (Syalom), sebab  Tuhan  adalah hakim yang adil, yang akan menghakimi mereka yang berlaku lalim dan fasik.  DimanaIamembela dan melepaskan orang tertindas, orang lemah dan meluputkan orang yang terbelenggu (tahun pembebasan), Sebab rancangan-Nya adalah rancangan damai  sejahtera.

Di momen perayaan HUT ke-80 GMIM bersinode kita terpanggil untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan hukum sehingga banyak orang terlepas dari belenggu  dan menikmati hidup dalam pembebasan sebagai anugerah Allah.

PERTANYAAN DISKUSI

1. Apa yang saudara mengerti tentang keadilan yang membebaskan manusia dari belenggu menurut perikop 2 pembacaan kita?

2. Menurut pengamatan saudara, apa saja praktek-praktek ketidakadilan yang sering terjadi dalam hidup bergerejadan bermasyarakat?

3. Apa peran Gereja terhadap penegakan hukum dalam mewujudkan keadilan?

NAS PEMBIMBING: Amos 5:24

POKOK-POKOK DOA

- Doakan mereka yang tertindas,  lemah, miskin dan yang diperlakukan tidak adil

- Berdoa untuk pemimpin bangsa untuk menegakkan hukum dan menjamin hak hidup setiap warga Negara

- Berdoa untuk warga GMIM yang hendak merayakan HUT GMIM Bersinode ke-80 supaya tetap setia dalam pelayanan dan menikmati sukacita, damai sejahtera Allah

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK II

NYANYIAN YANG DIUSULKAN:

Persiapan:   NNBT No. 1

Doa Penyembahan: NKB No. 3

Pengakuan dosa: NNBT No. 10

Janji Anugerah Allah: NNBT No. 34

Persembahan: NNBT No. 15

Penutup: KJ No. 432

ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:

Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.

 
Menghormati Milik Orang Lain dan Mencintai Kebenaran

Imamat 19:11

Mencuri artinya mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Mencuri adalah tindakan yang merugikan orang lain, yang tidak menghormati hak milik orang lain. Karena itu umat Tuhan dilarang untuk melakukannya(Kel. 20:15).Berbohong artinya berkata tidak benar; berdusta artinya tidak mengatakan hal yang benar/kebenaran. Keduanya adalah tindakan yang tidak mencintai kebenaran tetapi yang menguasai kebenaran untuk digunakan bagi kepentingan diri atau kelompok. Ini juga dilarang untuk dilakukan(Kel 20:16).

Bila mau jujur, masih ada warga gereja yang melakukan tindakan-tindakan seperti itu. Ketika mencuri, orang beralasan bahwa ia kepepet atau dikejar kebutuhan atau ”menggunakan kesempatan dalam kesempitan”. Orang berbohong dan berdusta dengan alasan untuk melindungi/membela diri, untuk menutupi kesalahan sendiri atau kesalahan orang lain, atau bahkan untuk kepentingan diri sendiri, untuk mencapai tujuan pribadi. Misalnya dalam keluarga, ketika anak meminta uang, orangtua mengatakan bahwa mereka tidak memiliki uang meskipun sebenarnya ada uang. Ini tidak jujur. Jadi apapun alasannya tindakan-tindakan seperti itu tidak boleh dilakukan. Keluarga Kristen dipanggil untuk menghormati milik orang lain dan mencintai kebenaran.Amin.

Doa: Ya Tuhan, tolonglah kami agar kami mampu menghargai hak milik orang lain dengan tidak mencurinya. Dan tolonglah kami juga untuk mencintai kebenaran dengan tidak berkata dustanamun selalu berkata jujur dan benar. Amin.

 
Hidup Dalam Kejujuran
Kisah Para Rasul 5:7-11
Petrus meminta pertanggungjawaban Safira tentang apa yang dilakukannya bersama suaminya. Dengan rasa takut, karena ia telah mendengar yang terjadi atas suaminya, Safira mengakui dengan benar harga dari hasil penjualan tanah. Mendengar pengakuan ini, rasul Petrus memarahinya dan berkata “Mengapa kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan? Dan disaat itu juga, tepat dikaki rasul Petrus putuslah nyawa Safira. Kejadian ini membuat jemaat yang menyaksikannya menjadi sangat takut. Peristiwa ini mengingatkan bahwa, “hujat terhadap Roh Kudus tidak dapat diampuni” (Matius 12:31)

Korupsi  adalah berita yang selalu mengkhiasi media masa (televisi, radio, surat kabar). Apapun alasannya, bersepakat untuk melakukan Korupsi yang dalam bahasa media masa disebut Korupsi berjamaah adalah perbuatan yang harus dihadapi dan diberantas di Negara Republik Indonesia ini. Karena perbuatan ini telah mengganggu perekonomian masyarakat.

Perenungan kita hari ini dengan tegas menolak setiap bentuk perbuatan yang sangat merugikan kelangsungan hidup bersama. Karena itu, Gereja yang di dalamnya keluarga kita ini terpanggil untuk mempertontonkan bagaimana hidup dalam kejujuran. Marilah kita, mulai dari kepala keluarga, ibu rumah tangga sampai pada anak-anak, kita praktekkan kehidupan yang penuh dengan kejujuran. Amin.

Doa:Ya Tuhan, firman-Mu telah membuka mata kami untuk melihat hidup kami ini. Ternyata kami belum sesungguhnya hidup tulus dan jujur di hadapan-Mu. Ajarlah kami selalu supaya hidup kami berkenan kepada-Mu. Amin.

 
Keteladanan dalam Keluarga

Amsal 31:26-27

Pesan firman TUHAN di hari ini, menunjuk pada keteladanan seorang isteri yang bukan sekedar menguasai seni berbicara, tetapi setiap katanya mengandung hikmat dan pengajaran yang diucapkan dengan lemah lembut. Ia meneladankan setiap katanya dalam tindakan dan kerjanya, yang artinya bahwa apa yang diucap itu juga yang dikerjakan, segala tanggung jawab keluarga dikerjakan dengan rajin.

Kita memahami bersama bahwa dalam kehidupan keluarga sangat dibutuhkan figur yang dapat diteladani, yang tercermin dalam hal  kelemah lembut berbicara dan bijaksana dalam tindakan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada kecenderungan masih kurangnya kesadaran mengembangkan diri melalui pengenalan firman TUHAN. Hal ini membuat orang sulit untuk bersikap bijaksana sesuai dengan kehendak TUHAN, dengan begitu yang menonjol adalan keinginan daging yang sifatnya mengedepankan kesenangan sesaat. Ada juga cenderung mentradisi yaitu “budaya kasar” dalam  komunikasi di tengah keluarga.  

Sebagai keluarga Kristen kita patut mencontohi apa yang diteladankan oleh perempuan berhikmat, yang mendatangkan kebahagiaan dalam keluarga. Amin.

Doa:Ya TUHAN, tolong bentuklah pribadi kami menjadi bejana kemuliaan bagi namaMu, agar kami hidup  bijaksana dan lemah lembut dan rajin selalu, dalam nama TUHAN Yesus.Amin.

Next >