TEMA BULANAN : “ Berdemokrasi Dalam Penderitaan Kristiani ”

TEMA MINGGUAN : “ Demokrasi Dalam Sudut Pandang Penderitaan Kristus ”

Bahan Alkitab : Amsal 6:16-19; Markus 10:35-45

ALASAN PEMILIHAN TEMA

Salah satu fenomena yang muncul di era modern ini ditandai pula dengan keterbukaan atau transparansi, yakni mencuatnya kesadaran manusia akan kemerdekaan dan saling ketergantungan antara masayarakat atau bangsa satu dengan yang lain, bahkan ketika mencermati kondisi kehidupannya termasuk apa yang terjadi diserkitarnya. Kesadaran baru ini membuat ia terbuka dan termotivasi menerobos kehidupan dalam paham demokrasi, yaitu merasa bebas dan merdeka dalam menjalani kehidupannya, mengeluarkan pendapat dan

menuntut sebagaimana haknya sebagai manusia. Meski demikian tidak jarang demokrasi diartikan keliru sehingga ada yang mengatakan “ Demokrasi kebablasan”. Sebab kebebasan atau kemerdekaan yang dipahaminya diberlakukan dengan melanggar hukum, mengeluarkan pendapat tidka berdasarkan peraturan yang berlaku dan memperjuangkan haknya padahal sesungguhnya bukan haknya. Oleh sebab itu diangkatnya Tema Minggu ini berkaitan dengan tanggung-jawab kita sebagai Gereja di tengah bangsa Indonesia dalam pelaksanaan kampanye sebagai persiapan mengambil bagian aktif dalam pesta demokrasi pemilihan anggota legislative Bulan April mendatang, disementara itu kitapun sebagai Gereja memasuki Minggu Sengsara III Yesus Kristus.

PEMBAHASAN TEMATIS

Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)

Markus 10:35-45 sebagai bagian dari berita Pemberitahuan Ketiga Tentang Penderitaan Yesus, memperhadapkan tentang permintaan Yakobus dan Yohanes anak-anak Zededeus kepada yesus,ketika mereka bersama dalam rombongan murid-murid-nya berjalan menuju yerusalem.kedua murid yesus boanerges artinya “anak –anak guruh” (Mrk.3:17).mungkin karena keduanya berasal dari galilea yang penuh vitalitas dan ingin bersegera, kurang mengindahkan disiplin dan kadang-kadang salah arah atau salah kapra (Luk.9:54).ambisi mereka nampaknya dirasuki oleh nalar yang tidak benar tentang citra kerajaan Yesus. Hal itu mencuat ketika dalam kebebasan keduanya berdemokrasi mengajuhkan yaitu meminta kepada yesus supaya diizinkan menduduki tempat terhormat, bila kelak yesus duduk di takhta Kerajaan-Nya. Memang diakui bahwa permintaan keduanya atas dorongan dari ibu mereka (Mat.20:20). Namun bukan berarti kebebasan mengajuhkan pendapat mesti diawali dengan menerima saran dari sumber yang keliru atau salah kapra untuk diteruskan kealamatnya. Oleh sebab itu yesus menjawab untuk meluruskan pemahaman mereka yang keliru “…kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus ku minum dan dibabtis dengan babtisan yang harus ku terima:” (ay.38). jawab mereka dalam ayat 39 “kami dapat”, menunjukan tentang kekeliruan mereka yang salah memahami demokrasi atau kebebasan Allah yang telah menetapkan dan menentukan bahwa hanya Yesus yang berhak menderita tanpa pamrih untuk keselamatan dunia dan manusia. Itulah yang di maksud oleh penegasan Yesus “tetapi hal duduk disebelah kanan-ku atau di sebelah kiri-ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan di berikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan” (ay.40). Tanggapan ke sepuluh murid Yesus dengan kemarahan atas permintaan yakobus dan yohanes adalah kritikan terhadap hak kebebasan berpendapat dari keduanya yang keliru sebab sudah merupakan unsur pemaksaan kehendak tanpa memperhatikan peraturan menurut kehendak Allah dan itu tidak beda dengan pemerintah yang memerintah dengan tangan besi dan menjalankan kuasanya dengan keras  (ay.42). sebaliknya menurut Yesus bahwa menjadi besar dan terkemuka diantara kamu ialah menjadi hamba dan pelayanan, sebagaimana anak manusia yang bukan dilayani melainkan untuk melayani bahkan merelakan nyawa-nya menjadi tebusan bagi banyak orang (ay.43-45). Itulah paham “Demokrasi Dalam Sudut Pandang PenderitaanKristus”.

Dalam Amsal 6:16-19 ditemukan juga petunjuk-petunjuk untuk tidak membuat orang lain menderita selain menjadi penanggung atau penebus bagi orang lain. Dengan diawali oleh petunjuk yang harus dihadiri yaitu: menuntut utang kepada orang yang berhutang, kemalasan dan penipuan yang terurai dalam 6 perkara yang dibenci TUHAN (ay.1-15), maka ditambah lagi dengan 7 perkara yang tidak dikehendaki oleh TUHAN. Malahan dalam tanggapan TUHAN ke-7 perkara seperti yang tidak di kehendaki oleh TUHAN. malahan dalam tanggapan Tuhan ke-7 perkara seperti : mata sombong, lidah dusta, merencanakan kejahatan terhadap sesama, apalagi melakukan kejahatan, bersaksi dusta, kebohongan dan pertengkaran, adalah kekejian dalam hati Tuhan ? sebab dari hatilah terpancar kehidupan (amsal 4:23 bnd. Luk. 6:45). Hati dapat dilihat sebagai berisi seluruh pikiran, perasaan dan kehendak Allah dan sebaliknya bagi manusia. Agaknya ketujuh perkara itu, yang telah menyebabkan kekejaian dalam hati Tuhan, karena hati manusia sudah terpisah dari Allah : menjadi keras dan terus menerus menolak untuk mendengar Firman Allah dan menaati apa yang diperintahkan-Nya. Resikonya bagi manusia yang memilih untuk hidup bebas melakukan tindakan-tindakan kekejian kepada Allah, sehingga ia sendiri kehilangan segala kepekaan kepada Firman-Nya dan keinginan-keinginan Roh Kudus (bnd. Kel.7:3; Ibr.3:8). Makanya kebebasan dalam paham demokrasi untuk bebas berekspresi dan berdaulat bukanlah berarti bebas melakukan berbagai kehendak yang bermuara  pada kejahatan kepada sesama manusia, selain membaharui hati, yaitu bertobat dari dosa, dan berbalik kepada Allah. Itulah juga kebebasan dalam paham dekmokrasi yang tersedia bagi manusia dalam Yesus Kristus yang rela menderita sengsara untuk menanggung dosa dunia dan manusia dalam rangka penebusan.

Makna dan Implikasi Firman

Demokrasi sebagai kebebasan dan berdaulat telah menjadi bagian dalam kehidupan kita sebagai Bangsa dan Gereja. Di dalamnya kita bebas menjalani kehidupan, bebas berekspresi dan mengeluarkan pendapat dan menuntut hak sebagai manusia. Meski demikian kebebasan dalam berdemokrasi, hendaknya dihindari dari kekeliruan, salah arah atau salah kapra, sehingga tidak muncul pandangan “Demokrasi kebablasan”. Sebab kebebasan atau kemerdekaan yang kita miliki harus diberlakukan dengan tidak melanggar hukum. Kebebasan untuk berekspresi dan berpendapat hendaknya berdasarkan peraturan yang berlaku, demikian juga dalam memperjuangkan hak. Hal itu sangat berguna untuk dipahami ketika kita saat-saat ini sedang berada dalam suasana kampanye bahkan nantinya diawal bulan depan akan memilih anggota legislative untuk DPR: di tingakat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Demikian juga anggota DPD yang nantinya akan mewakili daerah kita, yang semuanya mengharapkan hak dalam menentukan pilihan. Lagipula di minggu berjalan ini kita sebagai Gereja sedang menghayati makna dari berita Firman disoroti Tema : “ Demokrasi Dalam Sudut Pandang Penderitaan Kristus “. Kita tentu termotivasi untuk tidak salah arah, salah kapra atau keliru dalam memahaminya, sehingga tidak memaksakan kehendak apalagi menaggapi bahwa kerajaan Allah sama dengan kekuasaan dunia dengan kebesaran ke dudukan di dalamnya. Sebab kebesaran yang sejati bukanlah soal kepemimpinan, kekuasaan atau prestasi yang tinggi, melainkan sikap hati yang sungguh-sungguh ingin hidup bagi Allah dan bagi sesama manusia. Makanya menghindari hati yang merencanakan dan melakukan kejahatan kepada sesama manusia, adalah tindakan dosa yang harus dihindari dan diperlakukan pembaharuan untuk pengampunan. Sebab sesungguhnya, untuk itulah demokrasi dalam kebesaran Allah dengan kebebasan-Nya, telah diberlakukan bagi penebusan dosa dunia dan manusia, melalui penderitaan dan sengsara Yesus Kristus, bahkan sampai mati di kayu salib.

PERTANYAA DISKUSI

1 .  Mencari perikop pembacaan Alkitab kita, daftarkan bentuk kekeliruan berdemokrasi yang tercantum di dalamnya ?

2 . Bagaimanakah tindakan kita sebagai warga Negara Indonesia dimasa kampanye anggota legislative sekarang ini, bahkan saat pesta demokrasi di Bulan April belangsung ?

3.   Apakah tindakan nyata kita untuk diberlakukan bagi sesama kita ketika kita sudah memahami makna berita Alkitab di minggu Sengsara III, dalam upaya “ Demokrasi dalam sudut pandang penderitaan Kristus ?

NAS PEMBIMBING : Roma 8 : 20 - 21

POKOK-POKOK DOA :

-          Bagi mereka yang keliru memahami dan memberlakukan makna demokrasi, agar berbalik pada pemahaman dan perberlakuan yang benar.

-          Pelaksanaan masa kampanye anggota legislatif dan pelaksanaan pesta demokrasi nantinya di Bulan April, agar berlangsung dengan tertib, aman dan damai.

-          Pengampunan dosa dan pembaharuan hidup bagi sesama yang mengalami penderitaan karena ulah sendiri, maupun mereka yang menderita karena perbuatan jahat dari orang lain, agar terbebas dari penderitaan yang membelenggu hidupnya.

TATA IBADAH YANG DI USULKAN :  HARI MINGGU SENGSARA III

NYANYIAN YANG DIUSULKAN :

Persiapan : KJ No. 460 : 1,3

Sesudah Nas Pembimbing : “Pengharapanku Hanya Yesus Saja”

Pengakuan Dosa : KJ No. 167 : 1-3

Berita Anugerah Allah : NKB No.17 : 1-2

Ajakan Mengikut Yesus : KJ No. 376 : 1-3

Sesudah Pembacaan Alkitab : KJ No. 51 : 1-3

Persembahan : NNBT No. 34 : 1-3

Penutup : NNBT No.26 : 1,2,4

ATRIBUT YANG DIGUNAKAN : Warna dasar ungu dengan symbol XP (Khi-Rho), cawan pembasuhan, salib dan mahkota duri.




Leave a Reply.